Imam Ibnu Asakir, Imam al-Khatib dan Imam al-Hafiz al-Mizzi meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi: "Apabila akhir umat ini melaknat (generasi) awalnya, maka hendaklah orang-orang yang mempunyai ilmu pada ketika itu menzahirkan ilmunya, sesungguhnya orang yang menyembunyikan ilmu pada waktu tersebut seumpama seseorang yang menyembunyikan apa yang telah diwahyukan kepada (Sayyidina) Muhammad SAW!!!"

Monday, May 17, 2010

“Tidak bergerak sesuatu itu sekecil apapun juga, melainkan semuanya dengan Izin Allah”.

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Maka nikmat Tuhan kamu yang mana lagikah yang kamu dustakan?”.

Surah Arrahman

Ayat :

(13,16,18,21,23,25,28,30,32,34,36,38,40,42,45,47,49,51,53,55,57,59,61,63,65,67,69,71,73,75,77)

Segala Puji hanya bagi Allah, Penguasa dari segala penguasa yang menguasai Raja sekalian raja-raja dan tidak ada sesuatu kekuasaan apapun melainkan Hanya Ia lah yang berkuasa atas tiap-tiap segala sesuatu serta meliputi seluruh sekalian Alam.

Sholawat dan Salam yang tak terhingga dan tak terbatas serta tiada bandingannya atas Kekasih Pilihan yang menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman, Sayyidii wa Mawla Al-Musthofa Muhammad Rosulillah Saw sebanyak bilangan Makhluk yang diciptakan, seluas samudra yang tiada bertepi, di setiap detik waktu dan zaman, di setip tarikan nafas, detakkan jantung, kedipan mata, darah mengalir dan disetiap keserba meliputan akan sesuatu maka sebanyak itu pulalah terhatur Shalawat dan salam kepada Beliau beserta Para Keluarga Ahlul Bait yang tangisannya adalah mutiara , sedihnya adalah cinta, rintihannya adalah do’a. Tidak lupa pula Rahmat dan Berkah Allah senantiasa tercurah dan memancar kepada Para Sahabat-sahabat Rosulullah Saw yang menjadi kawan dalam suka dan duka, bersama berjuang dalam menegakkan Kalimah Allah dimuka Bumi dan bersama-sama bahu membahu untuk menyebarkan Agama Suci yaitu Islam Indallah.

Amma ba’du.

Saudara-saudaraku sekalian yang di Rahmati Allah Swt………………………

Sungguh, tiada kebahagiaan yang sangat berharga dan teristimewa selain mendapatkan dan merasakan Cinta Kasih Allah Swt. Seluruh umat Islam mendambakan dan merindukannya, karena kerinduan yang tertanam di jiwa itulah maka mereka-mereka yang berada di dalam Islam itu mencari Hakikat/Kebenaran untuk mendapatkan dan merasakan Cinta Kasih Allah Swt dengan beragam macam jalan (Tarikah). Lalu dengan banyaknya macam jalan yang di tempuh, menjadikan Islam itu bergolong-golongan (Aliran), dan mereka yang berada dalam masing-masing golongan itu lalu menjadi berbeda paham/pendapat satu dengan yang lainnya.

Maha Suci Allah, ketahuilah wahai saudara-saudaraku……………….

Sungguh, pada Hakikatnya perbedaan-perbedaan itu semuanya terbit dari pada Kerinduan yang mendalam dari dalam diri untuk bisa mendapatkan dan merasakan Cinta Kasih Allah Swt, akan tetapi kita semuanya tidak menyadari bahwa Kerinduan akan Cinta Allah lah yang membuat kita jadi berbeda-beda jalan.

Itu semua disebabkan tiadanya kesadaran jiwa tentang Hakikat Cinta Allah akan tiap-tiap sesuatu bahkan juga pada diri, maka kita semuanya menjadi saling tuding menuding, cela mencela, caci mencaci, hasut menghasut, iri dengki, salah menyalahkan dll, mempertahankan ke-Ego-an dan pendapat masing-masing karena merasa dirinya/golongannya/alirannya/mahzabnya/tarikatnya yang paling benar di dalam menuju kepada Allah Swt.

Ketahuilah!, wahai saudara-saudaraku…………………

Sesungguhnya memperturutkan Ego yang ada pada diri adalah perangkap Hawa Nafsu yang membawa kepada Mudhorat baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Apakah tuding menuding, cela mencela, caci mencaci, hasut menghasut dll itu tidak merugikan? Dan apakah itu bukan Mudhorat?. Marilah kita merenungkannya bersama-sama.

Segala Puji bagi Allah yang telah mencipta akan sesuatu itu di dalam Cinta Kasih-Nya. Dengan Cinta-Nya lah segala sesuatu itu maujud dan dengan Cinta-Nya lah yang maujud itu Hidup dan dengan Cinta-Nyalah yang Hidup itu bergerak dsb.

Sadarilah!, wahai saudara-saudaraku………………………..

Apa saja yang ada pada diri kita mulai dari rambut, kulit darah, daging, urat, tulang, otak, sum-sum, penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa yang merasakan itu semua adalah Nikmat Karunia Allah. Dengan nikmat-nikmat itulah yang ada pada diri kita menunjukan bukti bahwa Allah Cinta akan hamba-Nya meliputi diri zahir dan batin.

Mengapa kita tidak menyadarinya bahwa cinta itu Anugrah Allah yang langsung datang dari sisi Nya tanpa melalui proses belajar. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya baik anda suka maupun tidak suka, cinta itu akan bersemi di relung kalbu membuat perasaan hati tidak menentu. Cinta itu bagaikan bom waktu yang apabila jatuh ke hati lama kelamaan membuat hati selalu rindu, jika kerinduan sudah melekat pada hati seseorang maka segala sesuatu tidak berharga lagi dimatanya. Yang selalu terbayang dan terkenang hanyalah siapa yang dicintainya bahkan ia ingin menyatu dengan siapa yang di cintainya. Apalah artinya harta yang banyak, uang yang banyak, mobil mewah, rumah bertingkat, istri yang cantik kalau dihati tidak menemukan cinta yang sejati yaitu Allah SWT.

Ketahuilah! cinta itu diturunkan Allah kepada hati setiap makhluk Nya khususnya manusia membuktikan bahwa Allah benar–benar sangat mencintai dan menyayanginya. Allah berfirman :

“Katakanlah : “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?.” Katakanlah : “Kepunyaan Allah,” Dia telah menetapkan atas Diri Nya Kasih Sayang dan Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Dan orang–orang yang merugikan dirinya mereka itu tidak ber Iman”. (QS, Al-An’aam : 12)

Dan Nabi Isa a.s. pernah mengatakan di dalam do’anya, yang dicantumkan di dalam Alqur’anulkarriim :

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS, Al-Maa’idah : 118)

Di dalam pembukaan surah Al–Fatihah telah dijelaskan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lalu kenapa kita masih tidak menyadarinya, bahwa karena Kasih Sayang Allah lah semuanya ada. Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi dan apa–apa yang ada di antara keduanya semua sebagai bukti Kasih Sayang Allah SWT.

Jadi kesimpulannya kita ini (saya, anda, mereka) adalah manusia yang beruntung yang mendapatkan cinta Allah, Kasih Sayang Allah, Pengertian Allah dsb. Itulah makna dari kalimah Allah yaitu “Bismillaahirrohmaanirrohiim”. (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).

Orang yang mengerti akan dirinya sendiri akan lebih mencintai Allah Tuhannya dari segala sesuatu selain Allah. Itulah orang–orang yang akan mendapatkan ketenangan serta ketentraman jiwa dan fikirannya akan menjadi jernih dalam berfikir serta arif bijaksana tutur katanya, menjadi mulia budi pekertinya. Mereka itulah yang sejalan dengan apa yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sadarilah! Bahwa manusia hidup di dunia ini hanya satu kali, jika kita tidak mengenal dan tidak mengerti akan diri kita sendiri serta tidak bisa menempatkan diri kita pada rel yang benar maka kerugianlah yang akan kita dapatkan.

Wahai Saudara-saudaraku…………………

Bersatulah dalam Cinta Kasih Allah, dan tebarkan lah Rahmat kepada siapa saja, kokohkan Lahiriahmu dengan Islam Indallah, nyatakan bahwa yang ada hanya Islam dan Islam bukan Golongan melainkan Islam adalah Agama yang Suci yang membimbing Manusia kepada Jalan yang lurus. Mantapkan Jiwamu dengan Aqidah ke Imanan dan Ketauhidan, hanya dengan Aqidah, ke Imanan dan Ketauhidan itulah engkau akan merdeka dari pengaruh ke-Ego-an dan merasa benar sendiri yang menyebabkan perpecahan Umat. Pandanglah di dalam penyaksian Hatimu dengan Ihsan, bahwa tidak ada yang ku pandang akan sesuatu apapun di situ terdapat Ilmu Allah Swt. Sehingga jangan lah engkau berburuk sangka tatkala melihat sesuatu, karena jika engkau berburuk sangka maka sama halnya engkau berburuk sangka kepada Allah. Selalulah dan biasakanlah untuk berbaik sangka akan apa saja yang terjadi baik pada dirimu maupun yang di luar dirimu maka sama halnya engkau berbaik sangka kepada Allah.


Orang beriman dan Orang yang mengaku beriman.

Orang beriman dan Orang yang mengaku beriman.

Tidak semua orang islam benar–benar dinyatakan beriman, ada juga mereka yang masih mengaku beriman dikarenakan dari hatinya, perkataannya dan perbuatannya belum mencerminkan keimanan. Ia masih suka berbuat akan kemaksiatan, kemungkaran dan kejahilan. Belum lagi di dalam hatinya yang selalu buruk sangka kepada Allah, protes terhadap keputusan–keputusan yang telah ditetapkan Nya. Diberikan hujan ia mengeluh, didatangkan panas juga mengeluh. Apabila di berikan kebaikan atasnya oleh Allah, ia kikir. Sungguh fitrah manusia itu diciptakan oleh Allah selalu berkeluh kesah. Kecuali mereka yang mengerti dan mengenal akan Allah.

Sebagaimana yang telah di Firmankan oleh Allah SWT :

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapatkan kebaikan ia kikir. Kecuali orang-orang yang shalat. Yang mereka itu tetap shalat tiada putus–putusnya”. (QS. Al – Ma’aarij : 19 – 23)

Itulah manusia, ada yang mengerti dan ada yang tidak mengerti. Karena itu seseorang haruslah benar–benar masuk di dalam Iman yang sempurna, iman yang membawa kepada keselamatan. Tidak hanya sekedar mengaku beriman tetapi hati masih didalam ketidak tenangan. Sungguh sangat disayangkan apabila sudah masuk di dalam agama islam tetapi tidak mengerti tentang keimanan, dan tetap tidak perduli apakah ia sudah benar beriman ataukah hanya sekedar mengaku beriman.

Untuk itu sudah patut dan selayaknya bagi kita untuk merenunginya agar betul–betul kita bisa masuk di dalam keimanan yang sempurna dan menyeluruh. Sehingga tidak sia–sia bagi kita memeluk agama islam dengan bertuhankan Allah SWT yang Maha Esa dan bernabikan Muhammad Rasulullah SAW nabi penutup dari sekalian para nabi.

Iman yang sempurna adalah iman yang melekat pada hati seseorang dengan merasakan kedekatan serta Allah, yang melalui kedekatan itu jiwanya menjadi tenang dan damai. Walau apapun permasalahan di dalam kehidupan dunia, ia hadapi dengan lapang dada dan tetap berikhtiar mencari jalan keluar dari permasalahan tsb dengan tidak melupakan bertawakkal kepada Allah SWT. Keyakinan seperti itulah yang akan merubah kehidupannya menjadi lebih baik di dalam keridhoan Allah SWT.

Memang di dalam kehidupan dunia ini setiap permasalahan selalu ada dan akan datang kepada siapa saja, tinggal bagaimana cara kita untuk menghadapinya. Tetaplah ingat kepada yang mendatangkan setiap permasalahan–permasalahan itu dan menyerahkan segala urusan tsb kepada Nya, maka Insya Allah akan didapatkan ketenangan jiwa dan kekuatan untuk menghadapinya serta akan dibukakan jalan keluar baginya apabila mengalami kesulitan–kesulitan tsb.

Allah SWT ber Firman :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS, Ar-Ra’d : 28)

Karena itu di dalam kemelut dunia saat ini yang penuh dengan beraneka macam kemaksiatan dan kemungkaran, sudah sepantasnyalah kita tingkat kan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT agar jiwa mendapatkan keseimbangan dan kekuatan sehingga kita bisa mengatasi segala problem kehidupan yang ada bahkan mungkin pengetahuan tersebut bisa kita wariskan turun temurun kepada anak cucu kita. Sebagaimana Allah SWT memperingatkan kita di dalam Firman Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS, At-Tahrim : 6)

Tentu merekalah orang–orang ber akal yang mau berfikir tentang masa depannya kelak yang mana mereka tidak menginginkan keburukan terjadi pada dirinya di suatu saat nanti, maka mulai pada saat ini ia cari pengetahuannya agar bisa menjadikan dirinya dan keluarganya menjadi terlebih baik. Itulah perbedaan antara orang – orang yang benar – benar beriman dan orang–orang yang hanya sekedar mengaku beriman, yang satu hatinya melihat dan yang satunya lagi hatinya buta. Dijelaskan Allah di dalam Firman Nya :

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS, Al-Hajj : 46)

“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (QS, Al-Israa’ : 72)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS, Al –A’raaf :179)

Di ambil dari sebuah Buku : “RAHASIA SUKSES DI DALAM KETENANGAN JIWA”

JIWA TENANG TANDA ORANG BERIMAN

Orang Islam belum tentu beriman.

Orang Islam belum tentu beriman. D engan mengikrarkan dua kalimat Syahadat serta hati membenarkannya belum bisa dikatakan seseorang itu dikatakan beriman, akan tetapi dia telah termasuk orang yang memeluk agama islam. Karena salah satu rukun dari islam itu ialah mengucapkan dua kalimat Syahadat. Setelah berada di dalam agama islam, maka belumlah cukup sampai disitu saja. Ia harus menggali dari pada ilmu–ilmu tentang ke islaman agar tumbuh dalam dirinya keimanan. Sebab keimanan itulah yang bisa membawa ia kedalam keselamatan, sebagaimana arti dari pada islam itu sendiri adalah selamat atau keselamatan. Bagaimana mungkin bisa dikatakan selamat atau masuk di dalam keselamatan kalau belum tumbuh yang namanya keimanan. Karena keimanan itu adalah isi dari pada islam, ruh dari pada islam dan kehidupan dari pada islam.

Tanpa adanya keimanan maka seseorang yang beragama islam ibarat pohon yang haus akan siraman air yang lama kelamaan akan kering dan mati tanpa menghasilkan buah yang bisa dinikmati hasilnya. Oleh sebab itu bagi siapa pun yang menginginkan keselamatan maka ia haruslah mengerti tentang keimanan. Dan keimanan itu tidaklah sekedar dikata melainkan perlu adanya bukti yang bisa dirasakan.

Diantara bukti–bukti kebenaran adanya Allah yang di luar dari diri kita seperti tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, matahari yang selalu bersinar terbit dari timur dan tenggelam di barat, silih bergantinya siang dan malam, lautan yang luas sejauh mata memandang yang disertai ombak yang bergelombang dan buih di pesisir pantai, angin yang bertiup kencang dan terkadang sepoy–sepoy, suara guntur yang nyaring membuat hati orang gemetar karena lalai dari mengingat Allah sesekali diselingi dengan kilatan petir yang menyambar dsb. Begitu pula bukti–bukti Allah yang sangat dekat dengan diri kita adalah terangnya mata sehingga bisa melihat, pendengaran, penciuman, naik turunnya nafas, detakkan jantung, aliran darah dsb. Itu semua menunjukkan bahwa Allah lah yang menganugrahkannya kepada kita, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari pada Qudrat dan Iradat Allah SWT menjadi pelajaran bagi yang mau memikirkannya. Lalu kenapa banyak yang tidak mempercayainya?.

Sungguh siapa yang beriman kepada Allah melalui bukti–bukti yang nyata, maka kebaikkan kembali kepada diri mereka sendiri dan siapa yang tidak beriman (tidak mempercayainya) maka kerugianlah yang akan ia dapatkan. Islam itu menuntut adanya kepercayaan yang menyeluruh, baik di hati, perkataan maupun perbuatan. Sehingga bagi mereka yang sudah beriman tentu hatinya menjadi bersih dari pada riya, sum’ah, sombong, takkabur, was–was, bimbang, takut dll. Dan akan terganti kepada sifat ikhlas, ridho, sabar, rendah hati, tawakkal, khusnuzhon (baik sangka kepada Allah), percaya dan yaqin akan Allah SWT. Kemudian setelah hatinya menjadi bersih, maka perkataannya akan menjadi halus dan sopan serta perbuatannya menjadi contoh tauladan yang baik di dalam kasih sayang, tolong menolong, hormat menghormati, arif dan bijaksana dalam sikap. Itulah orang yang benar–benar beriman/percaya kepada Allah SWT, dan dirinya akan menjadi rahmat bagi sekelilingnya, di butuhkan oleh orang lain, serta dihormati dan disegani oleh orang lain. Sehingga martabatnya menjadi agung di mata orang banyak dengan seizin Allah, karena Allah akan mengangkat derajat dari pada orang–orang yang betul–betul beriman baik di dunia maupun sampai di akhirat kelak.

Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,. Dan niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaadilah :11)

Orang beriman dan Orang yang mengaku beriman.

Tidak semua orang islam benar–benar dinyatakan beriman, ada juga mereka yang masih mengaku beriman dikarenakan dari hatinya, perkataannya dan perbuatannya belum mencerminkan keimanan. Ia masih suka berbuat akan kemaksiatan, kemungkaran dan kejahilan. Belum lagi di dalam hatinya yang selalu buruk sangka kepada Allah, protes terhadap keputusan–keputusan yang telah ditetapkan Nya. Diberikan hujan ia mengeluh, didatangkan panas juga mengeluh. Apabila di berikan kebaikan atasnya oleh Allah, ia kikir. Sungguh fitrah manusia itu diciptakan oleh Allah selalu berkeluh kesah. Kecuali mereka yang mengerti dan mengenal akan Allah.

Sebagaimana yang telah di Firmankan oleh Allah SWT :

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapatkan kebaikan ia kikir. Kecuali orang-orang yang shalat. Yang mereka itu tetap shalat tiada putus–putusnya”. (QS. Al – Ma’aarij : 19 – 23)

Itulah manusia, ada yang mengerti dan ada yang tidak mengerti. Karena itu seseorang haruslah benar–benar masuk di dalam Iman yang sempurna, iman yang membawa kepada keselamatan. Tidak hanya sekedar mengaku beriman tetapi hati masih didalam ketidak tenangan. Sungguh sangat disayangkan apabila sudah masuk di dalam agama islam tetapi tidak mengerti tentang keimanan, dan tetap tidak perduli apakah ia sudah benar beriman ataukah hanya sekedar mengaku beriman.

Untuk itu sudah patut dan selayaknya bagi kita untuk merenunginya agar betul–betul kita bisa masuk di dalam keimanan yang sempurna dan menyeluruh. Sehingga tidak sia–sia bagi kita memeluk agama islam dengan bertuhankan Allah SWT yang Maha Esa dan bernabikan Muhammad Rasulullah SAW nabi penutup dari sekalian para nabi.

Iman yang sempurna adalah iman yang melekat pada hati seseorang dengan merasakan kedekatan serta Allah, yang melalui kedekatan itu jiwanya menjadi tenang dan damai. Walau apapun permasalahan di dalam kehidupan dunia, ia hadapi dengan lapang dada dan tetap berikhtiar mencari jalan keluar dari permasalahan tsb dengan tidak melupakan bertawakkal kepada Allah SWT. Keyakinan seperti itulah yang akan merubah kehidupannya menjadi lebih baik di dalam keridhoan Allah SWT.

Memang di dalam kehidupan dunia ini setiap permasalahan selalu ada dan akan datang kepada siapa saja, tinggal bagaimana cara kita untuk menghadapinya. Tetaplah ingat kepada yang mendatangkan setiap permasalahan–permasalahan itu dan menyerahkan segala urusan tsb kepada Nya, maka Insya Allah akan didapatkan ketenangan jiwa dan kekuatan untuk menghadapinya serta akan dibukakan jalan keluar baginya apabila mengalami kesulitan–kesulitan tsb.

Allah SWT ber Firman :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS, Ar-Ra’d : 28)

Karena itu di dalam kemelut dunia saat ini yang penuh dengan beraneka macam kemaksiatan dan kemungkaran, sudah sepantasnyalah kita tingkat kan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT agar jiwa mendapatkan keseimbangan dan kekuatan sehingga kita bisa mengatasi segala problem kehidupan yang ada bahkan mungkin pengetahuan tersebut bisa kita wariskan turun temurun kepada anak cucu kita. Sebagaimana Allah SWT memperingatkan kita di dalam Firman Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS, At-Tahrim : 6)

Tentu merekalah orang–orang ber akal yang mau berfikir tentang masa depannya kelak yang mana mereka tidak menginginkan keburukan terjadi pada dirinya di suatu saat nanti, maka mulai pada saat ini ia cari pengetahuannya agar bisa menjadikan dirinya dan keluarganya menjadi terlebih baik. Itulah perbedaan antara orang – orang yang benar – benar beriman dan orang–orang yang hanya sekedar mengaku beriman, yang satu hatinya melihat dan yang satunya lagi hatinya buta. Dijelaskan Allah di dalam Firman Nya :

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS, Al-Hajj : 46)

“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (QS, Al-Israa’ : 72)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS, Al –A’raaf :179)

Di ambil dari sebuah Buku : “RAHASIA SUKSES DI DALAM KETENANGAN JIWA”

Wahai jiwa yang tenang

Wahai jiwa yang tenang
Kembalilah engkau ke pangkuan Tuhan-mu

Wahai jiwa yang tenang
Jiwa yang penuh dengan senyum dan kasih sayang
Jiwa yang memberikan petunjuk kebenaran
Jiwa yang memberikan rasa kedamaian

Jiwa yang tiada rasa gundah
Tiada takut dan tiada khawatir

Jiwa yang penuh dengan kepasrahan
Jiwa yang penuh dengan ketawadluan
Jiwa yang penuh dengan pengharapan

Jiwa yang penuh rasa syukur dengan apa yang telah diberikan
Jiwa yang penuh kesabaran dengan apa yang telah menimpa

Wahai jiwa yang tenang
Tiada Rasa takut dan Tiada Gundah

Wahai jiwa yang tenang
Kembalilah engkau ke pangkuan Tuhan-mu
Prev: Metode Syetan Menggoda Bani Adam

CORETAN